Rabu, 31 Maret 2010

PUASA RAMADHAN

Puasa Ramadan, Sungguh Menyehatkan!
Seorang anak berusia 3,5 tahun dikabarkan meninggal karena kurang gizi dan penyakit radang paru, setelah berpuasa selama 27 hari. Saat meninggal, berat badan anak tersebut tinggal separoh dari berat badannya semula. Lho, koq bisa? Ya, tentu saja, karena selama berpuasa, anak tersebut tidak diberi apapun selain air yang telah dimurnikan. Kenneth Jaffrey, ayah anak itu adalah seorang naturopath, yang percaya bahwa puasa sangat bermanfaat bagi kesehatan. Namun jenis puasa seperti ini ternyata sangat berbahaya, terutama bagi anak-anak. Karenanya, NCAHF melarang praktek prolonged fasting (puasa jangka panjang) semacam ini yang umumnya ditujukan untuk tujuan kesehatan. Dan NCAHF percaya, orangtua yang menyuruh anak-anaknya berpuasa jenis ini sama artinya dengan melakukan child abusing.
Kasus diatas tertulis dalam artikel milik National Council Against Health Fraud (NCAHF) mengenai puasa. Seperti halnya badan sensor, NCAHF merupakan sebuah lembaga yang melawan terjadinya praktek-praktek penipuan atau praktek-praktek yang membahayakan kesehatan. Dengan demikian, apakah artinya berpuasa itu berbahaya? Tentu saja tergantung jenis puasanya. Puasa jangka panjang seperti diatas, tampaknya memang berbahaya, tetapi bagaimana dengan puasa ramadan?
Ternyata, puasa ramadan sungguh berbeda dengan puasa-puasa lainnya. Puasa lain umumnya ditujukan untuk diet (menurunkan berat badan), atau untuk tujuan kesehatan. Tapi tujuan umat Islam berpuasa di bulan ramadan bukan lantaran ingin sehat atau ingin kurus. Puasa ramadan semata-mata ditujukan untuk beribadah kepada Allah, untuk melatih mental umat muslim agar mampu menahan diri dari berbagai godaan. Dari segi kesehatan, banyak sekali manfaat-manfaat yang bisa kita peroleh, asalkan puasa dilakukan dengan baik dan benar.
Kalau begitu, manfaat apa saja sih yang bisa kita dapatkan? Apakah betul puasa ramadan tidak berbahaya? Sekelompok peneliti, baik dari Iran, Yordan, Maroko dan negara-negara lain telah membuktikannya. Mereka membuat penelitian khusus seputar puasa ramadan, salah satunya, Dr. F. Azizi dan rekan-rekannya dari Fakultas Kedokteran di Universitas Tehran, Iran. Tim peneliti ini menyimpulkan bahwa puasa ramadan tidak menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan, malah sebaliknya membawa efek positif.
Puasa dapat menurunkan kadar gula darah, menurunkan kolesterol dan juga menurunkan tekanan darah sistolik. Karena itu puasa malah dianjurkan bagi penderita penyakit kencing manis yang kadar gula darahnya masih terkontrol dari pengaturan makanan. Puasa juga disarankan bagi mereka yang memiliki kelebihan kolesterol dan mempunyai penyakit darah tinggi ringan sampai sedang. Selain itu, puasa pun bisa membuat awet muda dan umur panjang lho. Penelitian pada tumbuhan membuktikan bahwa dehidrasi ringan yang terjadi selama 8 hingga 10 jam—seperti halnya saat puasa—ternyata malah bisa memperpanjang usia.
Secara mental, puasa juga memberikan dampak positif. Orang-orang yang berpuasa ramadan merasakan kedamaian dan ketenangan. Selain itu, berdzikir dan membaca Quran ternyata tidak hanya menenangkan hati dan pikiran, tetapi juga dapat memperbaiki kemampuan mengingat. Bukan itu saja, sholat tarawih yang dilakukan setelah berbuka puasa ternyata dapat membakar sejumlah kalori dan menurunkan berat badan pula. Gerakan-gerakan sholat dapat dianggap sebagai olahraga ringan, yang memang diperlukan untuk menjaga tubuh agar tetap bugar.
Makanan yang Dianjurkan Saat Berpuasa
Makanan apa sajakah yang sebaiknya dimakan saat berpuasa? Makanan beragam tentunya sangat disarankan, agar kandungan lima unsur gizi lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral tetap terpenuhi. Makanan yang dimakan saat sahur sebaiknya adalah jenis makanan yang kaya serat dan protein. Makanan tinggi serat akan dicerna lebih lama oleh tubuh, sehingga proses pengosongan lambung pun akan lebih lama pula. Makanan semacam ini dapat diperoleh dari komplex karbohidrat, sayur-sayuran dan buah-buahan. Komplex karbohidrat biasanya terdapat dalam makanan seperti gandum, cereal, beras merah, roti berserat, dan lain-lain. Yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah kebutuhan cairan. Sup dan jus buah saat sahur, dapat menambah kebutuhan cairan dan mineral tubuh.
Selain itu, kurma dan pisang juga sangat baik dikonsumsi baik saat sahur maupun berbuka. Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, disebutkan bahwa nabi Muhammad saw biasa berbuka dengan buah kurma. Membicarakan tentang buah kurma memang sangat menarik. Dalam Petunjuk Gizi (Kompas 1998) tentang ‘Mengenal Buah Kurma’, disebutkan zat mineral yang terdapat dalam kurma adalah kalsium, fosfor, kalium, belerang, natrium, khlor, magnesium, besi, mangan, tembaga, kobalt, seng, khrom, yodium dan fluor. Bahkan, kandungan besi kurma per 100 g buah kering dari varietas tertentu bisa memenuhi kebutuhan zat besi manusia per hari dalam semua situasi. Disamping itu kurma mengandung vitmain seperti thiamin atau vitamin B1, riboflavin atau vitamin B2, biotin, asam folat atau folacin, asam askorbat atau vitamin C, provitamin A (beta carotene), nicotinamide, retinol equivalent, asam pantotenat dan vitamin B6.
Makanan dan minuman apa sajakah yang mestinya dihindari? Saat makan sahur dan berbuka, hindari makan yang berlebihan serta makanan yang terlalu banyak mengandung lemak dan minyak. Minum teh berlebihan saat sahur dapat meningkatkan produksi air kencing dan mengeluarkan zat-zat mineral dalam tubuh yang diperlukan. Karena itu sebaiknya terlalu banyak minum teh pun perlu dihindari di saat sahur. Begitu pula halnya dengan kopi. Yang perlu diingat, bagi penggila kopi ada baiknya untuk tidak mendadak mengurangi konsumsi kopi. Jadi, beberapa hari sebelum puasa, penggemar kopi sebaiknya mengurangi konsumsi kopi secara bertahap. Mendadak memberhentikan atau mengurangi kebiasaan minum kopi dapat mengakibatkan sakit kepala yang dapat mengganggu kelancaran puasa.
Siapa sajakah yang Harus Berhati-hati saat Berpuasa?
Dalam AlQur’an telah disebutkan bahwa orang yang sakit diijinkan untuk tidak berpuasa. Penderita penyakit kencing manis atau Diabetes Melitus (DM) tipe I—DM yang tergantung insulin—dianjurkan untuk tidak berpuasa. Orang-orang yang menderita penyakit darah tinggi berat, dan penyakit jantung juga tidak dianjurkan untuk berpuasa. Begitu pula dengan penderita penyakit migrain berat, yang kekambuhannya terjadi lantaran perut kosong. Bagi mereka, kalau pun tetap ingin berpuasa, harus dengan pantauan ketat dokter. Sedangkan bagi penderita DM tipe II—DM yang tergantung pada obat-obatan—diperbolehkan berpuasa asalkan pengaturan jadwal dan jumlah obat yang diminum betul-betul diperhatikan.
Bagaimana dengan penderita maag? Maag dalam dunia medis dikenal dengan istilah syndrom dyspepsia. Ada 2 jenis syndrom dyspepsia yaitu fungsional dan organik. Maag tipe fungsional lebih sering diderita oleh masyarakat. Umumnya, maag jenis ini disebabkan oleh kelebihan asam lambung atau kejang dinding lambung. Penderita maag jenis ini malah dianjurkan untuk berpuasa. Rumor yang beredar bahwa puasa dapat meningkatkan asam lambung dan menyebabkan tukak lambung ternyata tidak terbukti. Sebaliknya penelitian para ahli bahkan menunjukkan bahwa puasa dapat memberikan keuntungan pada keasaman lambung yang abnormal. Namun, untuk penderita maag jenis organik, misalnya peradangan dinding lambung, maupun borok (tukak) lambung, kalaupun ingin berpuasa haruslah berhati-hati. Karena, penderita tukak lambung umumnya memproduksi asam lambung berlebih, bahkan selama berpuasa. Sehingga hal ini dikhawatirkan dapat memperparah borok dan menimbulkan perdarahan lambung.
Bagi mereka yang menderita sakit, Allah memang sudah memberi keringanan untuk tidak perlu berpuasa. Namun bagi yang sehat, puasa ramadan ternyata malah menyehatkan bukan? Insya Allah, dengan memperhatikan asupan makanan yang masuk, dan tetap menjalankan ibadah-ibadah lainnya di bulan puasa, bukan hanya pahala puasa yang didapat, tetapi juga badan yang sehat.


Diet di Bulan Puasa

Mana mungkin? Barangkali itu hal pertama yang Anda katakan.
Percayalah, diet di bulan puasa bukan hal yang mustahil. Coba
perhatikan, apakah berat badan Anda selalu turun selama puasa?
Jawabannya : belum tentu. Banyak orang yang justru mengalami
kenaikan berat badan. Sebabnya, di saat buka puasa, ada orang yang
cenderung makan berlebihan, dan berpikir, " Ah , saya kan sudah
sehari penuh tidak makan. Jadi tak apa-apa dong, kalau saya makan
sedikit lebih." Tambahan lagi, banyaknya minuman dan penganan
manis yang tersedia di atas meja. Kalau sudah begitu, apa kabar
program diet yang selama ini sudah Anda jalani? Jika ingin tetap
ramping di bulan puasa, ikutilah tip-tip berikut ini.

• Makan secukupnya saat sahur. Usahakan untuk mengkonsumsi cukup karbohidrat, protein dan lemak.
• Hindari nasi di saat berbuka. Cukup konsumsi lauk pauk dan sayur mayur.
• Jika ingin makan makanan manis, seperti kolak, cukup diambil isinya, dan jangan minum kuahnya.
• Bila usai shalat tarawih perut masih terasa lapar, makanlah buah-buahan dan minum air putih. Jadi, Anda tidak akan tidur dengan perut kosong.

Makanan Yang Sebaiknya Dikonsumsi Di Saat Sahur.

Sahur penting artinya bagi kesehatan tubuh. Bila saat sahur
kita tidak mendapat cukup karbohidrat yang merupakan sumber
energi, kita cepat merasa lemas dan tak berenergi di siang hari.
Akibatnya, kita bisa tergoda untuk berbuka sebelum waktunya.
Berikut tip-tip tentang makanan yangs ebaiknya Anda konsumsi di
saat sahur.

Jangan lupa makan nasi. Roti dan sejenisnya memang lebih mudah
dicerna. Namun, orang cenderung mengkonsumsi roti dengans selai
manis yang tidak mengandung serat serta gizi cukup. Sebaliknya,
jika makan nasi, Anda tentu akan menambahkan berbagai macam lauk
pauk dan sayur mayur. Selain terasa lebih mengenyangkan, zat-zat
bergizi tang terkandng dalam bahan makanan pun lebih kompleks.

Jangan mengkonsumsi makanan yang terlalu asin, asam atau pedas.
Makanan yang banyak mengandung garam akan mengundang masukan air.
Hasilnya, Anda akan cepat merasa haus. Sedangkan makanan yang asam
dan pedas hanya kaan membuat Anda sakit perut.

Makan makanan yang sudah Anda kenal. Maksudnya, jangan
bereksperimen di saat sahur. Bila Anda sudah terbiasa makan nasi,
sebaiknya hindari makanan sejenis pizza, pasta atau hamburger yang
terasa asing di lidah. Jika Anda tidak biasa mengkonsumsi makanan
sejenis itu, efek samping yang segera terasa adalah sakit perut.
Ini tentu akan menggangu jalannya puasa Anda.

Seputar Puasa, Maag, Wanita Hamil dan Minuman Hangat

Bila sakit maag sedang kambuh dan Anda merasa benar-benar tidak
kuat, disarankan Anda tidak berpuasa. Mengapa? Sebab, saat sakit
maag, lambung Anda terluka. Bila tidak ada makanan yang aharus
dicerna, maka luka yang ada akan terkena asam lambung. Inilah yang
menimbulkan rasa perih di perut. Makanan yang Anda konsumsi dapat
mentralisir rasa sakit. Itu sebabnya, penderita maag disarankan
untuk makan setiap beberapa jam sekali.

Secara medis, orang yang sedang hamil disarankan untuk tidak
berpuasa. Demikian juga secara agama. Mengapa? Sebab; anak dalam
kandungan membutuhkan cukup pasokan gizi. Bila sang ibu berpuasa,
maka janin yang dikandungnya tenatu tidak dapat mensuplai makanan.
Ini akan berpengaruh pada perkembangan serta kesehatan janin.

Banyak yang bilang, minuman hangat dan manis wajib dikonsumsi saat
berbuka. Hangat atau dingin sesungguhnya hanya soal selera. Memang
benar, minuman hangat lebih cepat diserap tubuh bila dibandingkan
dengan minuman dingin. Namun, suhu minuman tidak memiliki pengaruh
apa-apa bagi kesehatan Anda. Sedangkan, makanan dan minuman manis
dibutuhkan untuk meningkatkan gula darah dalam tubuh. Saat
kita berpuasa, kadar gula darah akan menurun secara perlahan, dan
menyebabkan tubuh terasa lesu dan lemah. Mengkosumsi minuman manis
akan menormalkan kadar gula. Sehingga, tubuh pun akan terasa segar
kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar