Puasa Ramadan, Sungguh Menyehatkan!
Seorang anak berusia 3,5 tahun dikabarkan meninggal karena kurang gizi dan penyakit radang paru, setelah berpuasa selama 27 hari. Saat meninggal, berat badan anak tersebut tinggal separoh dari berat badannya semula. Lho, koq bisa? Ya, tentu saja, karena selama berpuasa, anak tersebut tidak diberi apapun selain air yang telah dimurnikan. Kenneth Jaffrey, ayah anak itu adalah seorang naturopath, yang percaya bahwa puasa sangat bermanfaat bagi kesehatan. Namun jenis puasa seperti ini ternyata sangat berbahaya, terutama bagi anak-anak. Karenanya, NCAHF melarang praktek prolonged fasting (puasa jangka panjang) semacam ini yang umumnya ditujukan untuk tujuan kesehatan. Dan NCAHF percaya, orangtua yang menyuruh anak-anaknya berpuasa jenis ini sama artinya dengan melakukan child abusing.
Kasus diatas tertulis dalam artikel milik National Council Against Health Fraud (NCAHF) mengenai puasa. Seperti halnya badan sensor, NCAHF merupakan sebuah lembaga yang melawan terjadinya praktek-praktek penipuan atau praktek-praktek yang membahayakan kesehatan. Dengan demikian, apakah artinya berpuasa itu berbahaya? Tentu saja tergantung jenis puasanya. Puasa jangka panjang seperti diatas, tampaknya memang berbahaya, tetapi bagaimana dengan puasa ramadan?
Ternyata, puasa ramadan sungguh berbeda dengan puasa-puasa lainnya. Puasa lain umumnya ditujukan untuk diet (menurunkan berat badan), atau untuk tujuan kesehatan. Tapi tujuan umat Islam berpuasa di bulan ramadan bukan lantaran ingin sehat atau ingin kurus. Puasa ramadan semata-mata ditujukan untuk beribadah kepada Allah, untuk melatih mental umat muslim agar mampu menahan diri dari berbagai godaan. Dari segi kesehatan, banyak sekali manfaat-manfaat yang bisa kita peroleh, asalkan puasa dilakukan dengan baik dan benar.
Kalau begitu, manfaat apa saja sih yang bisa kita dapatkan? Apakah betul puasa ramadan tidak berbahaya? Sekelompok peneliti, baik dari Iran, Yordan, Maroko dan negara-negara lain telah membuktikannya. Mereka membuat penelitian khusus seputar puasa ramadan, salah satunya, Dr. F. Azizi dan rekan-rekannya dari Fakultas Kedokteran di Universitas Tehran, Iran. Tim peneliti ini menyimpulkan bahwa puasa ramadan tidak menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan, malah sebaliknya membawa efek positif.
Puasa dapat menurunkan kadar gula darah, menurunkan kolesterol dan juga menurunkan tekanan darah sistolik. Karena itu puasa malah dianjurkan bagi penderita penyakit kencing manis yang kadar gula darahnya masih terkontrol dari pengaturan makanan. Puasa juga disarankan bagi mereka yang memiliki kelebihan kolesterol dan mempunyai penyakit darah tinggi ringan sampai sedang. Selain itu, puasa pun bisa membuat awet muda dan umur panjang lho. Penelitian pada tumbuhan membuktikan bahwa dehidrasi ringan yang terjadi selama 8 hingga 10 jam—seperti halnya saat puasa—ternyata malah bisa memperpanjang usia. 
Secara mental, puasa juga memberikan dampak positif. Orang-orang yang berpuasa ramadan merasakan kedamaian dan ketenangan. Selain itu, berdzikir dan membaca Quran ternyata tidak hanya menenangkan hati dan pikiran, tetapi juga dapat memperbaiki kemampuan mengingat. Bukan itu saja, sholat tarawih yang dilakukan setelah berbuka puasa ternyata dapat membakar sejumlah kalori dan menurunkan berat badan pula. Gerakan-gerakan sholat dapat dianggap sebagai olahraga ringan, yang memang diperlukan untuk menjaga tubuh agar tetap bugar.
Makanan yang Dianjurkan Saat Berpuasa
Makanan apa sajakah yang sebaiknya dimakan saat berpuasa? Makanan beragam tentunya sangat disarankan, agar kandungan lima unsur gizi lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral tetap terpenuhi. Makanan yang dimakan saat sahur sebaiknya adalah jenis makanan yang kaya serat dan protein. Makanan tinggi serat akan dicerna lebih lama oleh tubuh, sehingga proses pengosongan lambung pun akan lebih lama pula. Makanan semacam ini dapat diperoleh dari komplex karbohidrat, sayur-sayuran dan buah-buahan. Komplex karbohidrat biasanya terdapat dalam makanan seperti gandum, cereal, beras merah, roti berserat, dan lain-lain. Yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah kebutuhan cairan. Sup dan jus buah saat sahur, dapat menambah kebutuhan cairan dan mineral tubuh. 
Selain itu, kurma dan pisang juga sangat baik dikonsumsi baik saat sahur maupun berbuka. Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, disebutkan bahwa nabi Muhammad saw biasa berbuka dengan buah kurma. Membicarakan tentang buah kurma memang sangat menarik. Dalam Petunjuk Gizi (Kompas 1998) tentang ‘Mengenal Buah Kurma’, disebutkan zat mineral yang terdapat dalam kurma adalah kalsium, fosfor, kalium, belerang, natrium, khlor, magnesium, besi, mangan, tembaga, kobalt, seng, khrom, yodium dan fluor. Bahkan, kandungan besi kurma per 100 g buah kering dari varietas tertentu bisa memenuhi kebutuhan zat besi manusia per hari dalam semua situasi. Disamping itu kurma mengandung vitmain seperti thiamin atau vitamin B1, riboflavin atau vitamin B2, biotin, asam folat atau folacin, asam askorbat atau vitamin C, provitamin A (beta carotene), nicotinamide, retinol equivalent, asam pantotenat dan vitamin B6. 
Makanan dan minuman apa sajakah yang mestinya dihindari? Saat makan sahur dan berbuka, hindari makan yang berlebihan serta makanan yang terlalu banyak mengandung lemak dan minyak. Minum teh berlebihan saat sahur dapat meningkatkan produksi air kencing dan mengeluarkan zat-zat mineral dalam tubuh yang diperlukan. Karena itu sebaiknya terlalu banyak minum teh pun perlu dihindari di saat sahur. Begitu pula halnya dengan kopi. Yang perlu diingat, bagi penggila kopi ada baiknya untuk tidak mendadak mengurangi konsumsi kopi. Jadi, beberapa hari sebelum puasa, penggemar kopi sebaiknya mengurangi konsumsi kopi secara bertahap. Mendadak memberhentikan atau mengurangi kebiasaan minum kopi dapat mengakibatkan sakit kepala yang dapat mengganggu kelancaran puasa. 
Siapa sajakah yang Harus Berhati-hati saat Berpuasa?
Dalam AlQur’an telah disebutkan bahwa orang yang sakit diijinkan untuk tidak berpuasa. Penderita penyakit kencing manis atau Diabetes Melitus (DM) tipe I—DM yang tergantung insulin—dianjurkan untuk tidak berpuasa. Orang-orang yang menderita penyakit darah tinggi berat, dan penyakit jantung juga tidak dianjurkan untuk berpuasa. Begitu pula dengan penderita penyakit migrain berat, yang kekambuhannya terjadi lantaran perut kosong. Bagi mereka, kalau pun tetap ingin berpuasa, harus dengan pantauan ketat dokter. Sedangkan bagi penderita DM tipe II—DM yang tergantung pada obat-obatan—diperbolehkan berpuasa asalkan pengaturan jadwal dan jumlah obat yang diminum betul-betul diperhatikan.
Bagaimana dengan penderita maag? Maag dalam dunia medis dikenal dengan istilah syndrom dyspepsia. Ada 2 jenis syndrom dyspepsia yaitu fungsional dan organik. Maag tipe fungsional lebih sering diderita oleh masyarakat. Umumnya, maag jenis ini disebabkan oleh kelebihan asam lambung atau kejang dinding lambung. Penderita maag jenis ini malah dianjurkan untuk berpuasa. Rumor yang beredar bahwa puasa dapat meningkatkan asam lambung dan menyebabkan tukak lambung ternyata tidak terbukti. Sebaliknya penelitian para ahli bahkan menunjukkan bahwa puasa dapat memberikan keuntungan pada keasaman lambung yang abnormal. Namun, untuk penderita maag jenis organik, misalnya peradangan dinding lambung, maupun borok (tukak) lambung, kalaupun ingin berpuasa haruslah berhati-hati. Karena, penderita tukak lambung umumnya memproduksi asam lambung berlebih, bahkan selama berpuasa. Sehingga hal ini dikhawatirkan dapat memperparah borok dan menimbulkan perdarahan lambung.
Bagi mereka yang menderita sakit, Allah memang sudah memberi keringanan untuk tidak perlu berpuasa. Namun bagi yang sehat, puasa ramadan ternyata malah menyehatkan bukan? Insya Allah, dengan memperhatikan asupan makanan yang masuk, dan tetap menjalankan ibadah-ibadah lainnya di bulan puasa, bukan hanya pahala puasa yang didapat, tetapi juga badan yang sehat.
Diet di Bulan Puasa
Mana mungkin?  Barangkali  itu  hal  pertama  yang  Anda  katakan. 
Percayalah, diet di bulan puasa  bukan  hal  yang  mustahil.  Coba 
perhatikan, apakah berat badan Anda  selalu  turun  selama  puasa? 
Jawabannya : belum  tentu.  Banyak  orang  yang  justru  mengalami 
kenaikan berat badan. Sebabnya, di saat buka puasa, ada orang yang 
cenderung makan berlebihan, dan berpikir, " Ah ,  saya  kan  sudah 
sehari penuh tidak makan. Jadi tak apa-apa dong, kalau saya  makan 
sedikit lebih." Tambahan  lagi,  banyaknya  minuman  dan  penganan 
manis yang tersedia di atas meja. Kalau sudah  begitu,  apa  kabar 
program diet yang selama ini sudah Anda jalani? Jika  ingin  tetap 
ramping di bulan puasa, ikutilah tip-tip berikut ini. 
• Makan secukupnya saat sahur.  Usahakan  untuk  mengkonsumsi  cukup karbohidrat, protein dan lemak. 
• Hindari nasi di saat berbuka. Cukup konsumsi lauk pauk  dan  sayur mayur. 
• Jika ingin makan makanan  manis,  seperti  kolak,  cukup  diambil isinya, dan jangan minum kuahnya. 
• Bila usai  shalat  tarawih  perut  masih  terasa  lapar,  makanlah buah-buahan dan minum air putih.  Jadi,  Anda  tidak  akan  tidur dengan perut kosong.
Makanan Yang Sebaiknya Dikonsumsi Di Saat Sahur.
Sahur penting  artinya  bagi  kesehatan  tubuh.  Bila  saat  sahur 
kita  tidak  mendapat  cukup  karbohidrat  yang  merupakan  sumber 
energi, kita cepat merasa lemas dan tak berenergi di  siang  hari. 
Akibatnya, kita  bisa  tergoda  untuk  berbuka  sebelum  waktunya. 
Berikut tip-tip tentang makanan yangs ebaiknya  Anda  konsumsi  di 
saat sahur.
Jangan lupa makan nasi. Roti dan  sejenisnya  memang  lebih  mudah 
dicerna. Namun, orang cenderung mengkonsumsi  roti  dengans  selai 
manis yang tidak mengandung serat serta  gizi  cukup.  Sebaliknya, 
jika makan nasi, Anda tentu akan menambahkan berbagai  macam  lauk 
pauk dan sayur mayur. Selain terasa lebih  mengenyangkan,  zat-zat 
bergizi tang terkandng dalam bahan makanan pun lebih kompleks. 
Jangan mengkonsumsi makanan yang terlalu asin,  asam  atau  pedas. 
Makanan yang banyak mengandung garam akan mengundang masukan  air. 
Hasilnya, Anda akan cepat merasa haus. Sedangkan makanan yang asam 
dan pedas hanya kaan membuat Anda sakit perut.
Makan  makanan  yang   sudah   Anda   kenal.   Maksudnya,   jangan 
bereksperimen di saat sahur. Bila Anda sudah terbiasa makan  nasi, 
sebaiknya hindari makanan sejenis pizza, pasta atau hamburger yang 
terasa asing di lidah. Jika Anda tidak biasa mengkonsumsi  makanan 
sejenis itu, efek samping yang segera terasa adalah  sakit  perut. 
Ini tentu akan menggangu jalannya puasa Anda. 
Seputar Puasa, Maag, Wanita Hamil dan Minuman Hangat
Bila sakit maag sedang kambuh dan Anda  merasa  benar-benar  tidak 
kuat, disarankan Anda tidak berpuasa. Mengapa? Sebab,  saat  sakit 
maag, lambung Anda terluka. Bila tidak  ada  makanan  yang  aharus 
dicerna, maka luka yang ada akan terkena asam lambung. Inilah yang 
menimbulkan rasa perih di perut. Makanan yang Anda konsumsi  dapat 
mentralisir rasa sakit. Itu sebabnya,  penderita  maag  disarankan 
untuk makan setiap beberapa jam sekali.
Secara medis, orang  yang  sedang  hamil  disarankan  untuk  tidak 
berpuasa. Demikian juga secara agama. Mengapa? Sebab;  anak  dalam 
kandungan membutuhkan cukup pasokan gizi. Bila sang ibu  berpuasa, 
maka janin yang dikandungnya tenatu tidak dapat mensuplai makanan. 
Ini akan berpengaruh pada perkembangan serta kesehatan janin. 
Banyak yang bilang, minuman hangat dan manis wajib dikonsumsi saat 
berbuka. Hangat atau dingin sesungguhnya hanya soal selera. Memang 
benar, minuman hangat lebih cepat diserap tubuh bila  dibandingkan 
dengan minuman dingin. Namun, suhu minuman tidak memiliki pengaruh 
apa-apa bagi kesehatan Anda. Sedangkan, makanan dan minuman  manis 
dibutuhkan  untuk  meningkatkan  gula  darah  dalam  tubuh.   Saat 
kita berpuasa, kadar gula darah akan menurun secara perlahan,  dan 
menyebabkan tubuh terasa lesu dan lemah. Mengkosumsi minuman manis 
akan menormalkan kadar gula. Sehingga, tubuh pun akan terasa segar 
kembali.
Rabu, 31 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar